Padang Pariaman - Politeknik Pelayaran Sumatera Barat (Poltekpel Sumbar) bersama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) barusaja menggelar kegiatan Talkshow Series ke-23 yang dilaksanakan secara virtual pada Rabu, 27 Oktober 2021. Kegiatan Talkshow mengangkat tema Peran Dunia Pendidikan Pelayaran dalam Menghadapi Era Maritime Autonomous Surface Ships (MASS) dan Keterkaitan Dengan Keselamatan Pelayaran.
Kegiatan diikuti oleh taruna/i, perwira siswa, dosen dan tenaga pengajar di lingkungan BPSDMP, serta seluruh industri terkait dan masyarakat maritim.
Direktur Poltekpel Sumbar, Capt. Wisnu Risianto, M.M. membuka kegiatan Talkshow dan menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan, sekaligus memberikan pengenalan dan pemaparan awal tentang Maritime Autonomous Surface Ships (MASS).
"MASS saat ini menjadi agenda di beberapa negara dan juga di IMO, dengan adanya pengaruh perkembangan teknologi, penanganan masalah keselamatan dan keamanan, dan pengaruhnya terhadap keterlibatan SDM pelayaran membuat isu ini penting untuk ditanggapi, khususnya oleh dunia pendidikan pelayaran seperti di kampus Poltekpel Sumbar", ujar Direktur.
Kegiatan ini turut didukung dan diapresiasi oleh Dr. Capt. Antoni Arif Priadi, M.Sc, selaku Sekretaris BPSDMP. Capt. Antoni mengungkapkan bahwa, "Perkembangan globalisasi menuntut dunia pendidikan, khususnya di bidang pelayaran untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi, hadirnya MASS yang mampu beroperasi secara otonom, lepas dari interaksi manusia tentunya menjadi sebuah tantangan, khususnya jika kapal yang secara Autonomous berlayar dan menghadapi kapal yang dioperasikan dan dikendalikan sepenuhnya oleh ABK, Mualim, dan Nahkoda, tantangan terkait masalah keamanan guna mencegah tubrukan dan lain-lain, menjadi hal yang penting untuk dibahas, ditambah lagi IMO juga telah menetapkan kerangka kerja dan metodologi pengaturan MASS sejak Desember 2018".
Talkshow semakin menarik dengan penyampaian materi oleh para Narasumber. Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Perhubungan Laut, H. Ahmad Wahid, S.T., M.T., M.Mar.E memaparkan bahwa, "Diperkirakan fully autonomous diterapkan pada tahun 2035 untuk itu teknologi MASS memerlukan perubahan pada 3 domain yaitu regulasi terkait perlu adanya revisi perundangan, perlu adanya pengembangan Program Diklat Kepelautan berbasis shipping 4.0, serta Keahlian dan Keterampilan pelaut untuk menghadapi MASS".
Selanjutnya, terkait tantangan dunia pendidikan dalam menghadapi era-MASS dijelaskan lebih lanjut oleh Capt. Sahattua P. Simatupang, M.M., M.H. selaku Kepala Pusat SDM Perhubungan Laut. Lebih lanjut, Capt. Sahattua menjelaskan tentang bagaimana sejarah perkembangan pelayaran dunia hingga munculnya konsep Autonomous pertama di tahun 1970 yang kemudian mencuat kembali di tahun 2018.
"Untuk pertama kalinya di Indonesia, kita bahas kembali tentang MASS ini di tahun 2021 melalui kegiatan Talkshow Series 23 yang diselenggarakan oleh BPSDMP dan Poltekpel Sumbar", imbuh Capt. Sahattua. Beliau juga menjelaskan bahwa, "Meskipun adanya perkembangan teknologi baru seperti MASS, jangan sampai kita salah strategi dan pertimbangan sehingga kita harus mempersiapkan SDM dengan baik dengan masuknya era-MASS ini."
Berbeda dengan pemaparan sebelumnya, Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa selaku Pengurus Pusat Ahli Keselamatan dan Keamanan Maritim Indonesia (AKKMI) menilai MASS sebagai sebuah ancaman khususnya bagi Pendidikan Pelayaran yang menghasilkan SDM pelayaran.
"MASS adalah teknologi mutakhir dengan artificial inteligent dengan tujuan efisiensi dan mengurangi penggunaan tenaga manusia yang kemudian digantikan dengan teknolgi, namun dapat menjadi ancaman bagi Indonesia yang jumlah pelautnya sangat banyak dibandingkan dengan negara pelopor MASS lainnya, ditambah lagi masih ada regulasi di Indonesia yang bertentangan dengan teknologi MASS".
Menurutnya, MASS masih belum bisa diterapkan di Indonesia pada saat ini. Selain itu, teknologi MASS dinilai masih belum bisa mengatasi permasalahan keamanan dan keselamatan maritim di Indonesia dan dapat menimbulkan bencana demografi bagi para pelaut Indonesia.
Meskipun demikian, Capt. Marcellus tetap realistis dan optimis terhadap perkembangan dunia pelayaran saat ini.
Berbeda dengan Capt. Marcellus yang melihat teknologi MASS sebagai ancaman, Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D memandang MASS sebagai sebuah peluang. "Semua serba smart, teknologi menuntut kita untuk beradaptasi agar dapat memudahkan dan memberikan efisiensi distribusi barang, dan keuntungan lainnya."
Pemaparan lebih teknis terkait bagaimana sistem kendali otonom dibahas lebih lanjut oleh Dr. eng. Lovely Son yang merupakan Dosen Fakultas Teknik UNAND. Beliau membahas lebih detail bagaimana kecanggihan kapal dengan teknologi MASS dapat bekerja secara otonom sepertihalnya teknologi otonom pada transportasi tanpa awak/pengemudi.
Materi terakhir kemudian disampaikan oleh Ir. Agus Budi Hartono, M.Mar.E., M.Kom selaku Praktisi Pendidikan Pelayaran yang mengatakan,"Jika kita bisa siap dengan teknologi MASS, maka kita perlu mempelajari dan memperbaharui diklat dan metode pembelajaran bagi para pelaut khususnya oleh pendidikan pelayaran."
Kegiatan kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab. Talkshow ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang perkembangan teknologi MASS sebagai peluang sekaligus ancaman yang harus dapat diantisipasi dan direspon dengan bijak khususnya oleh duni pendidikan pelayaran. Semoga kedepannya, dunia pendidikan pelayaran Indonesia semakin maju dan dapat bersaing secara global. (MM)